Radang Usus Buntu

Penyebab | Tanda dan Gejala | Penanganan dan Perawatan Penyakit Radang Usus Buntu (Appendicitis) - Dalam bahasa latin Usus buntu disebut sebagai Appendix vermiformis. Organ ini berfungsi sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid. Sama dengan organ tubuh lainnya, usus buntu atau (Appendicitis) juga bisa mengalami gangguan atau serangan penyakit yang sering disebut dengan "Radang Usus Buntu".



Penyebab Radang Usus Buntu
Radang Usus Buntu bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh seperti Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asing, cancer primer dan striktur.

Tanda - Tanda atau Gejala Radang Usus Buntu
Gejala penyakit Radang Usus Buntu biasanya ditandai dengan badan terasa panas dan meriang, rasa mual dan muntah, perut bagian kanan bawah terasa nyeri. Bila penyakit radang usus buntu mulai parah biasanya ditandai dengan gejala mirip sakit maag seperti nyeri di daerah sekitar perut, deman tinggi disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney (istilah kesehatannya).

Penanganan dan Perawatan
Bila anda mengalami gejala atau tanda seperti di atas maka segera melakukan pemeriksaan ke dokter. Jika telah divonis menderita penyakit Radang Usus Buntu biasanya akan segera dilakukan tindakan seperti pemberian obat antibiotika namun demikian resiko untuk kambuh sangat besar. Apabila radang tersebut telah parah maka akan dilakukan operasi. Yaitu Pembedahan yang dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi).  Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 – 10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi.